All Bout Pram
Rokok terbukti membuat orang mati muda. Tapi tidak dengan Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan kelas dunia milik Indonesia ini justru panjang umur gara-gara rokok.
Pram mulai mengisap sigaret di usia 15 tahun. Setiap hari, dia semakin kecanduan merokok. Akhirnya, saat usia tua menghampirinya, Pram masih kuat menghabiskan 32 batang per hari!
Bahkan saat kritis sebelum ajal menjemputnya hari ini, Minggu (30/6/2006), Pram masih sempat meminta rokok kepada kerabatnya.
Tapi, Pram tentunya tahu bahwa rokok tidak baik untuk kesehatan. Karena itu dia mengimbanginya dengan olah pernafasan sebelum tidur. "Saya juga selalu mencoba tersenyum," beber Pram dalam sebuah diskusi di Taman Ismail Marzuki (TIM) dalam rangka memperingati ulang tahunnya ke-81 yang jatuh 6 Februari 2006 silam.
Bersama rokok pula, Pram melahirkan karya-karya monumental. Sedari muda, dia produktif menelorkan karya-karya yang banyak dipuji. Berikut ini bibliografi karya Pram:
Fiksi:
1. Krandji-Bekasi Djatuh, (1947)
2. Perburuan, (1950)
3. Keluarga Gerilya, (1950)
4. Subuh, (1950)
5. Pertjikan Revolusi, (1950),
6. ereka Jang Dilumpuhkan (Bagian 1 dan 2, 1951)
7. Bukan Pasarmalam, (1951); as "It's not an All Night Fair" [2001]
8 Di Tepi Kali Bekasi, (1951)
9 Dia Yang Menyerah, (1951)
10. Tjerita dari Blora, (1952)
11 Gulat di Djakarta, [1953]
12 Midah Si Manis Bergigi Emas, [1954]
13 Korupsi, [1954]
14 Tjerita Tjalon Arang, [1957],
15 Suatu Peristiwa di Banten Selatan, [1958].
16 Tjerita Dari Djakarta, [1957]
17 Bumi Manusia, [1980]
18 Anak Semua Bangsa, [1980]
19 Tempo Doeloe
20 Jejak Langkah, [1985]
21 Gadis Pantai, [1987]
22 Hikayat Siti Mariah,
23 Rumah Kaca, [1988]
24 Arus Balik, [1995]
25 Arok Dedes [ 1999]
26 Mangir [1999]
27 Larasati: Sebuah Roman Revolusi [2000]
28 Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer [ 2001]
29 Cerita Dari Digul [ 2001]
30 Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005)
Non-Fiksi:
1 Hoakiau di Indonesia, [1960]
2 Panggil Aku Kartini Saja I & II, [1962]
3 Sang Pemula, [1985], biografi Tirto Adhi Soerjo
4 Memoar Oei Tjoe Tat, [1995]
5 Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I, [1995]
6 Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II, [ 1997] Second volume of Buru memoirs
7 Kronik Revolusi Indonesia, bagian 1,2,3 (1999)
Manuskrip yang tidak diterbitkan:
1 Di Atas Lumpur
2 Jejak Langkah
3 Sedjarah Modern Indonesia (Bagian 1.)
4 Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.
5 Pramoedya Ananta Toer & Karyanya: Kumpulan Berita, Ulasan, Kritik,Iklan, dan surat-surat kepada serta tentangnya.
Pram juga menerjemahkan belasan tulisan asing, misalnya karya Lode Zielens berjudul Bunda, Mengapa Kami Hidup? pada 1947, dua karya Leo Tolstoi yang berjudul Kembali pada Tjinta dan Kasihmu dan Perdjalanan Ziarah jang Aneh (1954).
Pram juga menulis 20-an esai yang dimuat di media nasional maupun luar negeri, maupun yang tidak dipublikasikan.
Produktivitas Pram diakui oleh dunia. Karyanya setidaknya diterjemahkan dalam 43 bahasa.
Sedikitnya 12 penghargaan juga dianugerahkan pada pria kelahiran Blora ini. Penghargaan itu antara lain Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988; UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violance" dari UNESCO, Perancis, 1996; Doctor Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999; dan Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004.
Pram pernah menjadi aktivis Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), sebuah organisasi kesenian milik PKI. Di masa jayanya, Lekra menjadi kelompok yang menekan musuh-musuhnya. Tapi seiring keruntuhan PKI dan kejayaan Orba, Pram menjadi tahanan -- dihitung semenjak zaman Belanda -- selama 14 tahun 2 bulan. Karyanya juga dibakar dan dilarang terbit.
Kini zaman telah banyak berubah. Rezim berganti. Karya-karya Pram kini dicetak ulang dan memenuhi toko-toko buku terkemuka.
Playboy
Setelah tampil dalam acara ulang tahunnya di TIM pada Februari silam, Pram membuat "geger" dengan tampil di edisi perdana Playboy Indonesia pada awal April 2006. Pram muncul dalam rubrik Interview majalah yang memicu kontroversi tersebut.
Bahkan para konsumen Playboy yang kecewa karena tidak ada gambar nudis di dalamnya, akhirnya mengaku cukup terhibur gara-gara ada Pram di majalah kelinci bertuksedo itu.
Selamat jalan, Pram!
http://www.detiknews.com
12:52 PM
|
|
This entry was posted on 12:52 PM
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
0 komentar:
Post a Comment