Taufiq Ismail Bangun Rumah Puisi
JAKARTA, RABU - Hajatan majalah sastra Horison memperingati 55 tahun Taufiq Ismail dalam sastra Indonesia, yang Rabu (14/5) kemarin ditandai dengan peluncuran empat buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit, di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta, mendapat sambutan luas berbagai kalangan. Apalagi, hasil penjualan seluruh buku akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Puisi, yang digagas Taufiq Ismail.
"Taufik Ismail tak ingin memperingati usianya, tapi perbuatannya. Sebab hidup itu perbuatan. Dalam 100 tahun kebangkitan nasional, Taufiq Ismail sudah berkiprah dalam sastra Indonesia 55 tahun. Dia salah satu dari sedikit sekali sastrawan Indonesia yang menaruh perhatian serius pada masalah sosial dan politik tanah airnya," kata Penitia Pelaksana Taufiq Ismail 55 Tahun dalam Sastra Indonesia, Fadli Zon.
Taufiq Ismail adalah sastrawan terkemuka. Karya-karyanya berupa puisi, esai, cerita pendek, drama, dan laporan jurnalistik dengan tema yang sangat beragam, yang ditulis sejak 1953 sampai 2008, dibukukan secara lengkap 4 jilid dengan total halaman 2.996 halaman.
Buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1: Himpunan Puisi 1953-2008. Berisi puisi lengkap Taufiq Ismail yang ditulis sejak 1953-2008 (tebal buku xxxi + 1076 halaman). Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 2: Himpunan Tulisan 1960-2008, berisi tulisan Taufiq berupa kolom, artikel, dan lain-lain di berbagai media (xxxiv + 881 halaman). Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 3: Himpunan Tulisan 1960-2008, berisikan laporan perjalanan, obituari, pengantar buku, cerita pendek, drama (xxxii + 880 halaman). Dan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 4: Himpunan Lirik Lagu 1972-2008, berisi lirik lagu Taufiq Ismail yang dinyanyikan oleh Grup Musik Bimbo, Ahmad Albar, Nicky Astria, Chrisye, Gita Gutawa, Arman Maulana, Duta, dan lain-lain (xx + 150 halaman).
Peluncuran buku ditandai dengan penyerahan buku oleh Jamal D Rahman dari Penerbit Majalah Sastra Horison kepada Taufiq Ismail. Kemudian sastrawan kelahiran Bukittinggi ini menyerahkan satu set buku ke berbagai kalangan, termasuk kepada generasi muda. Tak ada sambutan khusus dari Taufiq, kecuali pembacaan puisi karya-karyanya, yang dibacakan dengan atraktif, menarik, dan memukau oleh Imam Soleh.
Rencananya satu puisi, "Tukang Rambutan" , tapi tetamu minta tambah lagi. Akhirnya, dibacakan lagi puisi "Serba Sebelah" . Grup Musik Bimbo, juga menyanyikan khusus lima lagu yang liriknya ditulis Taufiq Ismail, yaitu " Dengan Puisi" , " Adakah Suara Cemara" , " Bermata tapi Tak Melihat" , " Lailatul Qadar" , dan diakhiri "Sajadah Panjang ". " Dari Bimbo, ada kado lain. Kotak Ajaib, yang menyimpan 100 lagu Bimbo, yang bisa didengar sewaktu-waktu Pak Taufiq rindu," kata Sam. Kado diserahkan anaknya, Nun.
Yang juga menarik sebelumnya, orasi budaya oleh Anies Baswedan, tentang Generasi Taufiq Ismail dan Transformasi Struktural Masyarakat. "Taufiq Ismail memang menembus batas bangsa-bangsa. Tapi nampaknya rumah Taufiq Ismail itu memang Indonesia.
Kepeduliannya kepada bangsa Indonesia melebihi deretan puisi-puisi yang pernah ditulisnya tentang bangsa lain. Bahkan, membaca lebih jauh tentang Taufiq Ismail dan puisi-puisinya, saya yakin bahwa dia selalu menhajak ke masa depan. Dia tengok masa lalu sesekali, kemudian dia paksa kita melongok masa depan," ujarnya.
Menurut Anies, yang baru-baru ini terpilih sebagai salah satu dari 100 tokoh intelektual dunia, potret perjalanan Taufiq Ismail adalah potret sebuah transformasi sosial di Indonesia. Ia sendiri merekam bacaannya atas Indonesia. Ia menjadi saksi permanen naik-turunnya denyut jantung bangsa.
Lewat kata-katanya yang cerdas, ia membukakan pikiran dan hati. Tentang Rumah Puisi, Taufiq Ismail mengatakan, gagasan itu tumbuh dari pengalaman kolektifnya bersama redaktur Horison dan sahabat-sahabat sastrawan dalam 10 program gerakan membawa sastra ke sekolah-sekolah, sejak 1998-2008.
"Rumah Puisi telah mulai pembangunannya, 20 Februari 2008, dengan modal pertama dari perolehan hadiah sastra Habibie Award 2007, sekitar Rp200 juta setelah dipotong pajak. Lokasinya di kaki Gunung Merapi dan Gunung Singgalang, di Nagari Aia Angek, Kabupaten Tanahdatar, Sumatera Barat. Lokasinya antara Kota Padangpanjang dan Kota Bukittinggi, yang dikelilingi keindahan alam yang menawan, " jelas Taufiq.
Dalam kesempatan itu, aktor dan sastrawan Ikranegara, menyerahkan secara simbolis koleksi buku-buku pribadinya selama 30 tahun untuk Rumah Puisi. " Pak Taufiq adalah salah satu orangtua saya ketika merantau ke Jakarta, selain Arifin C Noor. Untuk Rumah Puisi, yang dibangun untuk kemajuan anak bangsa, semua koleksi saya selama 30 tahun, akan saya serahkan. Penyerahan ensiklopedia ini hanya simbolis, " kata Ikranegara.
Sedangkan budayawan Emha Ainun Najib, membacakan doa-doa khusus untuk Taufiq Ismail, agar diberi berkah kesehatan, kesempatan untuk terus memberikan yang terbaik buat bangsa, untuk kemajuan anak bangsa.
Yurnaldi
Sumber KOMPAS.com
6:18 AM
|
Label:
Berita,
Budaya dan Sastra,
Indonesia
|
This entry was posted on 6:18 AM
and is filed under
Berita
,
Budaya dan Sastra
,
Indonesia
.
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
0 komentar:
Post a Comment