Salam Rindu Untuknya
"Kapan kamu akan pulang?" tanya bunda suatu kali saat aku menelponnya.
"insyaAllah 2 atau 3 tahun lagi Bunda" jawabku dengan tarikan nafas dipaksakan agar terdengar ceria."Masih lama ya, Bunda sudah begitu kangen. Jaga Sholatnya dan belajar yang rajin biar cepet pulang" imbuhnya menutupi rasa sepi yang mungkin selalu menderanya selama ini selama kepergian anak-anakanya merantau demi secuil ilmu yang berusaha mereka dapat
"ya sih, tapi kan kalo ada rezeki aku bisa berlibur untuk ketemu Bunda" tambahku memberikan harapan agar beliau tidak terlalu sedih dengan kenyataan ini. "lagian dirumah Bunda kan tidak sendiri masih ada Ayah, Mas juga kuliahnya deket masa dia jarang pulang?" hiburku.
"ya tapi Bunda kangen sama kamu, 2 tahun sudah kamu sekolah dan tak pernah pulang nelponpun sudah mulai jarang dan bunda susah mengirimkan barang untukmu. bunda hawatir disana kamu hidup kurang layak tapi kamu tutupi dari bunda" kebiasaan selalu saja dengan rasa hawatir yang begitu berlebihan terutama pada anak kesayangannya ini
" yaaaach bunda masa nggak percaya sama saya? saya disini itu Bundaku sayang, hidup enak makan teratur, tidur nyenyak malah seperti tak pernah susah" elakku demi kebahagiaannya, meski kenyataannya berbalik duaratus derajat dari apa yang sering aku sampaikan pada bunda tiap kali aku sempat untuk bicara dengannya. makan yang seadanya uang yang serba pas-pasan atau malah kurang untuk hidup sebulan, tuntutan hidup yang kadang susah diterka terlalu banyak hal-hal yang buat aku pusing jika mengingatnya belum lagi untuk memikirkannya. tapi aku tak pernah dan tak akan pernah membagi kesusahanku pada wanita no satu didunia ini yang paling kusayang cukuplah untaian kasihnya yang begitu tulus untukku sebagai penguat bagiku dalam melalui semua ini
"ya tapi kenapa difotomu yang kemaren kamu kirim kok kamu tambah kurus? seingat bunda, dulu sebelum kamu berangkat kamu begitu gemuk dengan tembem dipipi yang bunda sangat menyukainya" masih saja bunda bersikokoh dengan efek kasih sayangnya yang menimbulkan hawatir yang berlebih tentang diriku. " biasalah bunda, disini kan saya harus sering belajar juga banyak kegiatan yang tentunya menguras tenaga sekalipun saya banyak makannya. sudahlah pokoknya bunda nggak usah terlalu hawatir tentang saya, disini saya nggak pernah sakit seperti saat saya masih diindo itu kan berarti saya hidup tenang ya meski sering juga kurang tenang karna selalu inget bunda. Kabar ayah gimana, sudah baikan belum penyakitnya? adek kapan selesai SMAnya?" kulancarkan usahaku mengubah topik pembicaraan agar bunda nggak terlalu sedih memikirkanku
"ayahmu sudah baikan dari sejak kamu kirim obat. kalau adekmu masih lama selesai sekolahnya dia kan baru kelas satu. kamu ini cepat selsaikan sekolah biar cepet pulang dan bunda nggak lagi hawatir memikirkanmu" jawabnya masih dengan kehawatirannya yang tak pernah selesai tentangku.
"oOooOo" hanya kaitu yang sempat keluar sebelum akhirnya kutambahkan "iya kan tadi sudah saya bilang sama bunda saya usahakan untuk pulang cepat. bunda doain saya yach biar cepet pulang. Bunda titip salam buat ayah juga buat mas dan adek soalnya pulsaku sudah mau habis","iya bunda selalu berdoa untukmu. ya sudah, jangan boros-boros jaga kesehatan","assalamualaikum bunda"."waalaikumussalam".
setelah kututup telepon pikirku mulai melayang pada sesosok tubuh yang masih saja ayu diusianya yang sudah senja, untaian kasihnya juga belaian sayangnya yang tak pernah aku lupa sedetikpun. Bunda sebenarnya disinipun aku begitu kangen untuk bermanja dipangkuanmu, kangen dengan cerita-ceritamu seperti saat aku kecil dulu. Bunda i L O V E u so MUCH.
terinspirasi : coz semalem aku mimpiin bunda :-(
12:35 PM
|
|
This entry was posted on 12:35 PM
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
2 komentar:
jadi kapan pulang,, kalau pulang aku titip sesuatu,,,hajar jahannam oke,,
boleh ntar aku beliin tapi kasih identitas yang lengkap dong
Salam Kenal
Post a Comment