Menyikapi Perubahan
Sebagai insan tinju, Richard Steele adalah seorang yang mumpuni. Pernah menjadi petinju amatir, petinju profesional, pemilik gym, wasit dan promotor.
Kelahiran 1944, Steele memulai karirnya sebagai petinju amatir saat masih bergabung dengan marinir AS. Ia kemudian menjadi petinju pro dengan prestasi mediocre, 16 kali menang dan 4 kali kalah.
Menyadari kerasnya persaingan, Steele memilih profesi yang masih belum dilirik akhir 1960-an dengan menjadi wasit di atas ring. Nyatanya inilah pilihan yang tepat buat Steele. Dengan cepat namanya melegenda setelah memimpin beberapa pertandingan "clash of titans" seperti Aaron Pryor vs Alexis Arguello, Marvin Hagler vs Thomas Hearns serta Julio Cesar Chavez vs Meldrick Taylor yang menghebohkan.
Dalam pertandingan terakhir ini, Steele dianggap memihak Chavez karena menyatakan Taylor kalah KO saat peratndingan tersisa hanya 2 detik.
Dalam dunia tinju pro, Steele sudah dianggap sebagai bagian penting dari "show business" tersebut. Istilah "man in the middle" yang selalu didengungkan Steele menjadi lebih bermakna sebagai 3 orang yang setara.
Karena itu, meski sempat memutuskan mundur sebagai wasit dan menjadi promotor pertandingan, Steele kembali lagi ke atas ring untuk memimpin pertandingan penting termasuk Floyd Mayweather jr vs Zab Judah, pekan lalu. Steele yang begitu dihormati masih mau berjibaku memisah orang-orang yang terlibat dalam perkelahian massal dalam pertarungan tersebut.
*****
Kesiapan berubah dan selalu menyadari yang terbaik memang menjadi kunci keberhasilan hidup. Kritikus musik Suka Hardjana suatu kali pernah menuturkan tentang orang-orang yang kadangkala tidak siap dengan perubahan.
Pernah ada masa di mana ia pusing menghadapi wartawan-wartawan musik yang datang silih berganti. "Sistem rotasi di kalangan redaksi kadang membuat wartawan sulit untuk berkonsentrasi di satu bidang," katanya. Sementara untuk menguasai dunia musik -apalagi klasik- butuh pendalaman yang tekun dan memakan waktu.
Makanya ia kerap mengalami bertemu wartawan yang meminta nasehat tentang apa yang harus ditulis usai menyaksikan satu konser musik klasik. "Ya bisa ditebak bila hasil tulisannya bergantung kepada nara sumbernya tersebut," kata Pak Suko.
Menurutnya lain apabila menjadi wartawan dunia musik ini merupakan pilihan sendiri. "Biasanya ia akan berusaha menguasai dan memperdalam bidang tersebut. Atau tahu kapan saatnya harus berhenti," lanjutnya.
*****
Perubahan pikiran dan kesadaran setelah perjalanan waktu juga menghinggapi Stephen Demetre Georgiou. Buat yang tidak mengenal ini adalah nama asli Yusuf Islam atau yang pada masa menjadi penyanyi dikenal dengan nama Cat Stevens.
Dilahirkan 21 Juli 1948 dari kelaurga Yunani-Siprus-Swedia, ia kemudian populer dengan nama Cat Stevens. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an ia mengeluarkan banyak hits seperti lagu-lagu "Morning Has Broken," "Peace Train," "Moonshadow," "Wild World" atau pun "Father and Son."
Stevens memeluk agama Islam pada 1978 setelah mengalami peristiwa yang hampir merenggut nyawanya. Saat itu ia berjanji apabila sembuh akan mempersembahkan hidupnya di jalan Tuhan. Dan ini dipenuhinya dengan memeluk agama Islam. Ia memilih nama Yusuf Islam dan kemudian berusaha memenuhi nazarnya dengan segala cara.
Pada awalnya, Yusuf Islam memilih untuk menjadi orang yang "samasekali baru." Ia menolak menyanyikan lagu-lagu lamanya dan mencipta lagu-lagu yang lain samasekali. Yusuf bahkan menyurati perusahaan rekaman untuk tidak menyebarkan rekaman-rekaman yang telah diproduksinya. Permintaan ini ditolak.
Baru pada 2003, Yusuf Islam menyanyikan kembali lagu lamanya. Ia merekam hit lamanya, "Peace Train" dalam CD kompilasi yang juga melibatkan David Bowie dan Paul McCartney. Ia bahkan tampil dalam konser menghormati Nelson Mandela bersama mantan penyanyi Genesis, Peter Gabriel.
Yusuf Islam kemudian mengatakan pilihan tidak menyanyikan lagu-lagu lamanya dan lagu-lagu dalam bahasa Inggris baginya merupakan interpretasi yang salah atas keyakinannya. "Isu tentang musik dalam Islam tidaklah seperti yang saya yakini sebelumnya. Setelah saya meyakini Islam, banyak orang yang meminta saya untuk tetap berkarya dan melakukan rekaman. Namun pada saat yang sama merasa tidak pasti apakah tindakan tersebut benar. Saat inilah saya baru menyadari dan menghargai permintaan orang-orang tersebut. Saat ini saya sudah lebih mengerti tentang masalah ini," kata Yusuf.
Karena itulah Yusuf Islam terus bernyanyi dan bekerjasama dengan penyanyi lainnya. Desember 2004, bersama Ronan Keating ia menyanyikan lagu lamanya, "Father and Son" serta mencipta dan menyanyikan "Indian Ocean" (awal 2005), sebuah lagu tentang badai tsunami yang menghancurkan Asia pada Desember 2004.
********
Perubahan selalu lahir dari kegelisahan dan pengalaman panjang seseorang. Tidak berlebihan bila dikatakan tidak ada yang abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri.
cay@kompas.com
Penulis: Cay
3:22 PM
|
|
This entry was posted on 3:22 PM
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
0 komentar:
Post a Comment