KLIPING

Just studied appreciated and immortalised

Badawi: Kita Kalah, Tapi Tenang Dulu

Dengan rasa bahagia yang tak terhingga saya OI (orang INDONESIA) Turut berduka cita dengan kekalahan Malaysia atas singapura dalam perebutan Pulau Puteh. Selamat anda kurang beruntung. DULAT.

KOMPAS/ JULIAN SIHOMBING

Sabtu, 24 Mei 2008 | 15:11 WIB

KUALA LUMPUR, SABTU - Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi minta warga Malaysia tenang dalam menyikapi putusan mahkamah internasional yang memberikan hak sebuah pulau sengketa kepada tetangganya, Singapura.

"Setiap diskusi yang diadakan atau tindakan yang diambil harus dilakukan dengan cara damai dan kesepahaman kedua pihak," kata Badawi seperti dikutip harian The Star, Sabtu (24/5).

Badawi mengatakan ia berencana bertemu dengan sultan Johor untuk menjelaskan putusan itu. "Akan ada orang-orang emosional, khususnya di Johor," kata Badawi.

Mahkamah Internasional, Jumat (23/5), mengesahkan kepemilikan Singapura atas sebuah pulau seluas 0,8 hektar yang terletak di ujung selatan Semenajung Malaysia. Pulau itu dianggap sangat strategis sehingga di situ ditempatkan sebuah mercu suar.

Pulau yang terletak di pintu masuk selat Singapura itu dikenal di hampir semua peta sebagai Pulau Pedra Branca. Namun oleh Malaysia dinamai Pulau Batu Puteh. Pulau itu terletak 65 km dari Singapura dan hanya 10 km dari Malaysia.

Kedua bekas koloni Inggris itu bersatu pada 1963, tetapi bercerai dua tahun kemudian setelah terlibat perselisihan politik yang sengit. Sampai sekarang pun hubungan Malaysia - Singapura tidak terlalu stabil.

Dalam perebutan pulau itu, Malaysia hanya mendapat pulau yang lebih kecil, tidak berpenduduk dan penuh batu. Sedangkan untuk pulau ketiga yang disengketakan, harus diselesaikan kedua negara itu sendiri.

Sengketa itu meletus setelah Malaysia menerbitkan sebuah peta pada 1979 yang memasukkan pulau bermercu suar itu ke dalam wilayahnya untuk kali pertama dalam sejarah modern. Lalu pada 2003, kedua negara sepakat menyelesaikan masalah itu lewat Mahkamah Internasional.

Putusan pengadilan itu didasarkan kenyataan bahwa Singapura telah berdaulat sejak mercu suar itu beroperasi pada 1851, tanpa secuil pun protes dari Malaysia sampai 30 tahun lalu. Mercu suar itu pun dioperasikan oleh Singapura.

Sumber Kompas.com



Kacapian (Sunda)

Satu lagi instrumental sunda kubagi tuk kalian, saya dapat lagu ini dari Mp seseorang (maaf saya lupa namanya,Thx 4 u) jadi istilahnya ini forward saja dari saya tuk kalian semua. Lagu ini cocok banget untuk yang ingin bernostalgila dengan hamparan sawah yang mungkin pernah kalian lakukan saat masih di kampoeng,(khususnya untuk masyarakat sunda)



001_kacipian.mp3
002_kacapian.mp3
003_kacapian.mp3
004_kacapian.mp3
005_kacapian.mp3
006_kacapian.mp3
007_kacapian.mp3
008_kacapian.mp3
009_kacapian.mp3
010_kacapian.mp3

Thank 4 Download


Made In INDONESIA.

Ilmuwan Tiga Benua Rindu Rambutan

Andrivo Rusydi & Peter Abbamonte (Dok. Brookhaven National Laboratory)Di Indonesia tak banyak yang tahu siapa itu Prof. Dr. Andrivo Rusydi. Padahal, di dunia internasional, ilmuwan muda asal Indonesia yang baru berusia 31 tahun ini sangat dikenal. Dia kini tengah melakukan penelitian di tiga negara, Amerika Serikat, Hamburg, dan Singapura. Andrivo di usia mudanya menjadi visiting professor bidang fisika di Universitas Hamburg, dan peneliti tetap di University of Singapore.

Karir intelektual Andrivo dimulai tahun 1998, ketika ia tamat dari Institut Teknologi Bandung Jurusan Fisika. Lelaki kelahiran Padang, Sumatra Barat, tahun 1976, ini melanjutkan program studi master di Rijkuniversiteit Groningen, Belanda, dan merampungkan program S3. Sembari mengerjakan program di universitas yang sama, Andrivo melakukan penelitian di National Synchrotron Light Source (NSLS) of Brookhaven National Laboratory (BNL), Amerika Serikat, sejak tahun 2001.

Peneliti fisika ini langsung mendapat perhatian oleh para ilmuwan dunia. Ia mendapat berbagai tawaran mengajar dan meneliti di Universitas Hamburg. Belakangan, ia memilih menjadi peneliti tetap di National University of Singapore. Sejak 2005, lelaki kelahiran 1976 ini diminta Universitas Hamburg untuk melakukan riset inovatif. Tidak banyak ilmuwan yang berpengalaman dalam energi soft X-ray scattering.

Di Universitas Hamburg, Jerman, Andrivo tengah melakukan penelitian dasar mengenai nano-structure. Universitas Hamburg memang giat mengadakan penelitian free electron laser yang pertama dan satu-satunya di dunia dengan fasilitas Hasylab yang memberikan kesempatan untuk meneliti sesuatu yang baru. Kesempatan ini tak dapat begitu saja dicapai karena membutuhkan Syncrotron.

Pemerintah Jerman mengalokasikan dana sekitar 3 juta euro untuk membangun VUV-FEL (vacuum ultra-violet--free electron laser raman stektroskopi) yang kemudian digunakan secara bersama oleh para ilmuwan di Jerman dan mancanegara. Alat ini diharapkan untuk menguak interaksi fisika dan kimia dari material yang selama ini masih tersembunyi. Interaksi itu hanya dapat dilihat dengan ukuran molekul yang besarnya dalam besaran nano atau 10 pangkat minus 9 meter.

Selain meneliti, Andrivo juga ditawari mengajar di Uni Hamburg pada mata kuliah advanced solid state physics (fisika zat padat tingkat lanjut) di Jurusan Fisika jenjang tingkat akhir master.

Walaupun lebih terkenal dan hidup berkecukupan di luar negeri, Andrivo masih menyimpan minat untuk kembali ke Indonesia. Ia mengaku kangen buah-buahan asal Indonesia. ''Apalagi kalau bisa memetik rambutan langsung dari pohonnya,'' ungkap putra pertama pasangan H. Drs. Rusydi Rusyid, MA, dan Hj. Ulvi Mariati, SKp, Mkes, ini. Ia berpendapat bahwa kekayaan hayatilah yang sebetulnya dapat membuat Indonesia dapat mendominasi pasar buah internasional. Sayang, peluang ini belum digarap secara serius.

Karena itu, ia memendam hasrat untuk kembali ke Indonesia dan mengembangkan pengetahuan di negara kelahirannya. Ia ingin agar orang muda Indonesia mendapat pendidikan yang layak. ''Pendidikan itu sangat penting, karena akan menciptakan kesejahteraan,'' kata Andrivo. Ia ingin Indonesia seperti Jerman yang maju karena pendidikannya. ''Sampai-sampai pendidikan di Jerman sangat murah!'' tuturnya.

Miranti Soetjipto-Hirschmann (Jerman)
[1970-Sekarang, Gatra Edisi Khusus Beredar Kamis, 15 Mei 2008]

Sumber Gatra.com