Kambing pun Ikut Aksi
Sabtu, 03 Mei 2008
BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Pamekasan kemarin juga turun jalan. Mereka jalan kaki mengelilingi kawasan monumen Arek Lancor sambil berorasi mengutuk terjadinya komersialisasi pendidikan di Indonesia.
Yang menarik, mahasiwa membawa kambing hitam yang didandani layaknya mahasiswa siap wisuda, berdasi dan mengenakan topi toga. Itu sebagai simbol terpuruknya pendidikan. Sehingga, kambing pun bisa diwisuda menjadi sarjana.
Hal itu akibat kapitalisme lembaga pendidikan yang hanya berlomba-lomba mengeluarkan ijazah. Sehingga, muncul sarjana "STIA" (sekolah tidak, ijazah ada) bersamaan dengan sarjana yang benar-benar kuliah dan lulus dengan proses sebenarnya.
Aksi turun jalan kemarin dimulai dengan prosesi mengenakan dasi dan topi toga pada kambing hitam. Lalu, mahasiswa mengelilingi kawasan monumen Arek Lancor. Bahkan, sejak di Jalan Sudirman sampai Jalan Suhada mahasiswa jalan mundur.
Korlap aksi, Khoirul Amin, mengatakan, jalan mundur adalah simbol pendidikan di Indonesia masih mundur. Kesenjangan pendidikan terjadi antara desa dengan kota adalah bukti pemerataan pendidikan masih gagal. "Pemerataan pendidikan hanya slogan," katanya.
Mahasiswa mengecam lahirnya mafia (oknum) dari kalangan pendidik yang menyalahgunakan dana alokasi pendidikan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. "Pendidikan dijadikan ladang korupsi untuk membajak masa depan generasi penerus bangsa," tanas Khoirul.
Mahasiswa juga menyatakan proses pendidikan masih mahal. Sehingga, tak semua warga bisa menyekolahkan anaknya. Pendidikan murah, pendidikan gratis, belum ada buktinya. Kita hanya dijejali dengan slogan yang membawa ke alam mimpi," kata orator lainnya, Khoiri.
Setelah keliling, mahasiswa menuju monumen Arek Lancor dan membacakan pernyataan sikap yang terdiri dari empat poin. Yakni, mendesak realisasi alokasi pendidikan 20 persen yang diamanatkan UUD 1945 dan usut tuntas oknum yang memakan dana pendidikan.
Lalu, program sertifikasi bukan ajang komersialisasi sertifikat yang hanya melahirkan guru karbitan, bukan guru profesional, dan selesaikan kesenjangan pendidikan desa dan kota. "Hardiknas tahun ini harus jadi hari kebangkitan pendidikan nasional," kata Khoirul.
Selain membawa kambing siap diwisuda, mahasiswa juga membawa sejumlah poster. Diantaranya bertuliskan; "Pendidikan Berkualitas, Rakyat Sejahtera"; "Stop Guru Profesional Karbitan; dan lainnya. Sebagian lainnya menyerahkan selebaran berisi pernyataan sikap kepada pengguna jalan. (yat/mat)
Sumber : RADAR MADURA
0 komentar:
Post a Comment