KLIPING

Just studied appreciated and immortalised

Hadapi Interpelasi, SBY ke Sidoarjo

Teteskan Air Mata saat Temui Korban Lumpur di Cikeas
JAKARTA - Derasnya dukungan terhadap tuntutan interpelasi lumpur Lapindo membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai pasang kuda-kuda. Hari ini Presiden SBY dijadwalkan terbang ke Sidoarjo untuk melihat langsung situasi terakhir korban luapan lumpur yang telah menyembur setahun lebih itu.

SBY tergerak ke pusat semburan lumpur Lapindo setelah kemarin sore menemui 14 wakil korban lumpur Lapindo di Cikeas. Pertemuan tersebut difasilitasi budayawan Emha Ainun Nadjib. Cak Nun -sapaan Emha Ainun Nadjib- juga yang mengantar warga Porong, Sidoarjo, itu ke kediaman SBY.

Fraksi Partai Demokrat, kepanjangan tangan partai SBY di DPR, juga turun ke Sidoarjo. Mereka membentuk tim khusus untuk mengimbangi kelompok interpelasi (hak bertanya) yang semakin mendapat dukungan luas. Sejumlah partai seperti PDIP, Golkar, dan PKB sudah mendukung interpelasi yang diarahkan ke SBY itu.

Bagaimana pertemuan SBY dengan para korban? Cak Nun menolak memberikan keterangan kepada wartawan dengan alasan tidak ingin dianggap mencari popularitas di atas penderitaan warga Sidoarjo. "Saya tidak berkompeten, hanya mengantar," kata suami Novia Kolopaking itu.

Pertemuan SBY dengan warga Porong itu berlangsung 1,5 jam mulai pukul 16.00. SBY didampingi Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Menkeu Sri Mulyani, Menkominfo Moh. Nuh, dan Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Soenarso.

Salah seorang perwakilan warga, Kus Sulaksono, dari Perum TAS (Tanggulangin Anggun Sejahtera) Sidoarjo, mengatakan, mereka diterima SBY di ruang rapat yang dulu dipakai untuk menyeleksi calon menteri saat reshuffle kedua. SBY yang mengenakan pakaian safari abu-abu menyalami satu per satu perwakilan warga Sidoarjo tersebut.

Rombongan dari Sidoarjo itu terdiri atas perwakilan empat desa; Kedung Bendo, Jatirejo, Renokenongo, dan Siring. Paling banyak dari Kedung Bendo, 7 orang, karena di dalamnya termasuk warga Perum TAS. "Masing-masing dari kami diberi waktu untuk menyampaikan unek-unek kepada beliau (SBY, Red)," kata Kus.

SBY menyimak curahan hati para korban lumpur Lapindo tersebut. Sesekali SBY menggeleng-gelengkan kepala dan mengelus dada mendengar rintihan warga Sidoarjo itu. Mereka menitikberatkan keluhan pada seretnya pembayaran uang muka ganti rugi dari PT Minarak Lapindo Jaya, yang mengurusi pembayaran uang ganti rugi dari Lapindo.

Wajah SBY berubah saat mendengarkan curahan hati Haji Joko, warga Siring. Saat itu Joko menyerahkan fotokopi formulir dari BPLS yang sudah ditandatangani pejabat dari RT hingga bupati. Formulir yang menurutnya sudah komplet dan lolos verifikasi itu ditolak pihak Minarak Lapindo Jaya.

"Beliau (SBY, Red) sempat terdiam tiga menit. Matanya merah, tangannya menggenggam meja. Sepertinya marah besar," kata Kus menceritakan perubahan mimik SBY begitu diperlihatkan bukti seretnya pembayaran ganti rugi warga. "Ini seharusnya sudah dibayar. Nunggu apa lagi," kata Kus menirukan ucapan SBY setelah terdiam tiga menit. Kalimat itu diucapkan SBY sambil memegang fotokopi formulir BPLS milik warga Siring.

Respons SBY itu di luar dugaan Kus dan rekan-rekannya. SBY berjanji menyelesaikan persoalan pembayaran ganti rugi bagi warga yang terkena luapan lumpur. SBY pantas kecewa dan marah. Sebab, beberapa kali rapat di Istana Kepresidenan, SBY selalu menekankan untuk mempercepat dan mempermudah pembayaran pembelian tanah dan rumah warga korban lumpur.

Rapat terakhir memutuskan mekanisme pembayaran melalui tim verifikasi yang terdiri atas beberapa instansi, mulai bupati, polisi, hingga Badan Pertanahan Nasional (BPN). Tim verifikasi itu dibentuk untuk menjembatani warga yang kesulitan menunjukkan sertifikat asli. Kenyataannya, warga yang sudah melalui verifikasi tetap tidak dibayar.

Dari pertemuan kemarin, SBY memutuskan berangkat ke Sidoarjo. Cak Nun dan keempat belas warga Sidoarjo awalnya diajak satu pesawat dengan SBY dan sejumlah menteri untuk terbang pukul 14.00. Tapi, sekitar pukul 21.00 tadi malam protokol istana kepresidenan menemui warga dan mengabarkan pembatalan untuk berangkat bersama. Alasannya, pesawat kepresidenan memiliki daya tampung terbatas. Mereka akhirnya diberangkatkan lebih dulu ke Sidoarjo.

Kus menceritakan, pertemuannya dengan SBY itu atas jasa Cak Nun. Ceritanya, Cak Nun akhir bulan lalu mengundangnya untuk diskusi di Balai Pemuda Surabaya. Dua minggu setelahnya Cak Nun memanggil Kus untuk sarapan di Bandara Juanda. Saat itulah Cak Nun menyampaikan niatnya memfasilitasi pertemuan dengan SBY. Cak Nun saat itu berpesan untuk tidak menyampaikan ke wartawan sebelum rencana tersebut terealisasi.

Rencana SBY ke Sidoarjo dibenarkan Kepala BPLS Soenarso. Mantan Pangdam IV Diponegoro itu mengatakan, SBY akan mencari masukan dari berbagai pihak di Sidoarjo. Mulai pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga pihak Lapindo. "Besok kami terbang pukul 14.00," kata Soenarso. Pihak Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan juga telah menyampaikan informasi resmi melalui SMS (short message service) tentang rencana kunjungan SBY ke Sidoarjo.

Sikap SBY yang tiba-tiba bersemangat memperhatikan kasus semburan lumpur Lapindo itu, tak pelak, dikait-kaitkan dengan menguatnya dukungan terhadap rencana interpelasi oleh politisi di Senayan. SBY agaknya berpacu dengan waktu jika interpelasi lumpur Lapindo jadi dilaksanakan. SBY ingin membuktikan bahwa dirinya tidak mengabaikan peristiwa semburan lumpur terbesar di dunia tersebut.

Bahkan, menurut sumber koran ini, sejak tuntutan interpelasi mengemuka, launching Porong Kota Baru yang dijadwalkan pada pertengahan Juli 2007 dimajukan menjadi pada awal Juli 2007.

Perubahan sikap SBY itu memang terkait interpelasi kasus lumpur Lapindo? Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng menolak berkomentar. "Maaf, saya sedang off," kata Andi ketika dihubungi Jawa Pos tadi malam.(tom)

0 komentar: